Kebenaran merupakan objek pembicaraan
yang menarik dalam ilmu filsafat. Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran.
Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan
menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris.
Dan manusia berusaha menemukan kebenaran dengan cara yang diinginkannya, untuk
memecahkan kesalahan menjadi suatu kebenaran. Suatu kebenaran dapat
diverifikasi dengan kriteria kebenaran. Dalam pembuktian kebenaran, kriteria
kebenaran yang digunakan ditentukan sendiri oleh pelaku verifikasi kebenaran. Berikut
ini akan diuraikan beberapa teori kebenaran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menetapkan kriteria kebenaran.
Muhajir (2006:18-21) menjelaskan sebelas
jenis logika kebenaran epistemologi yang meliputi (1) kebenaran proposisi atau
kebenaran formal, (2) kebenaran
positivism qualitative causal relations, (3) kebenaran positivism qualitative rational constructed empiric objective, (4)
kebenaran korespondensi kualitatif positivistic, (5) kebenaran koherensi
fenomenologik, (6) kebenaran konstruk, (7) kebenaran pemodelan structural, (8)
kebenaran paradigmatik, (9) kebenaran pragmatik atau kebenaran teknologi, (10)
kebenaran performatif, dan (11) kebenaran kesejahteraan dan martabat manusia.
Teori kebenaran lain, oleh Kebung (2011: 149-152) dilaporkan atas 5 macam,
yakni sebagai berikut:
1)
Teori kebenaran sebagai persesuaian. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles.
Ia menegaskan bahwa sesuatu sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada
adalah salah. Teori ini dikembangkan dengan mendasarkan pemikiran pada teori
empirisme.
2)
Teori kebenaran sebagai keteguhan. Pandangan ini didasarkan pada pandangan
Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Kebenaran ditemukan dalam relasi
antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. Suatu
pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau
proposisi sebelumnya.
3)
Teori pragmatis kebenaran. Teori ini dikembangkan oleh Charles sanders
Pierce dan William James. Kebenaran memiliki arti yang sama dengan kegunaan.
Ide yang benar pasti juga memiliki konsekwensi praktis pada tindakan tertentu.
4)
Teori kebenaran performatif. Teori ini dikembangkan oleh Frank
Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson. Benar dan salah adalah ungkapan
deskriptif. Suatu pernyataan benar kalau ia menciptakan realitas.
5)
Teori kebenaran historis. Teori ini dikembangkan oleh kelompok
post-modernis atau struktural dan post strukturalis. Kebenaran selalu bersifat
historis dan selalu berpusat pada kebebasan batin setiap manusia dan bukannya
ditentukan lebih dahulu oleh orang lain. Dalam diri setiap manusia terdapat
unsur kebenaran.
Dari distribusi teori kebenaran di atas,
akan diuraikan tiga teori yang banyak dibicarakan dalam filsafat, teori itu
adalah sebagai berikut.
1. Teori
Korespondensi
Teori korespondensi atau the correspondence theory of truth atau
istilah lain the accordance theory of
truth. Teori kebenaran ini adalah keadaan benar itu apabila ada kesesuaian
antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju oleh pernyataan atau pendapat dimaksud (Suriasumantri, 1990). Suatu
pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya,
yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian
dengan fakta, yang berselaras dengan realistas, yang serasi dengan situasi
aktual. Teori kebenaran ini sangat penting digunakan dalam dunia sains, agar
kebenaran yang diambil diterima secara universal.
2. Teori
kohorensi
Teori kohorensi atau teori konsistensi,
istilah lain teori ini adalah the
consistence theory of truth atau the coherence theory of truth. Teori
kebenaran ini beranggapan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan dengan fakta atau realita, tetapi atas hubungan antar putusan itu
sendiri. Jadi, kebenaran, diambil berdasarkan hubungan antara putusan yang baru
dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya
terlebih dahulu (Suriasumantri, 1990:56). Teori kebenaran koherensi ini menurut
Bertens (dalam Bakhtiar, 2004:118) dianggap benar apabila tahan uji. Artinya,
suatu teori yang sudah dicetuskan oleh seseorang kemudian teori tersebut diuji
oleh orang lain, tentunya dengan mengkomparasikan dengan data baru. Apabila
teori ini bertentangan dengan data baru secara otomatis teori pertama menjadi
gugur atau batal. Sebaliknya, kalau data itu cocok dengan teori lama, teori itu
semakin kuat. Teori kebenaran ini banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan
matematika dan turunannya. Matematika disusun pada beberapa dasar pernyataan
yang dianggap benar, yaitu aksioma. Dengan menggunakan beberapa aksioma maka
disusunlah suatu teorema. Di atas teorema dikembangkan kaidah-kaidah matematika
yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang sudah disepakati bersama.
3. Teori
Pragmatisme
Teori kebenaran pragmatisme atau the pragmatic theory of truth. Kata
‘pragmatisme’ berasal dari kata pragma dalam bahasa Yunani yang bermakna ‘yang
dikerjakan’ atau ‘yang dilakukan’. Kebenaran suatu ucapan, dalil, atau teori
semata-mata bergantung kepada asas manfaat (Bakhtiar, 2004). Sesuatu dianggap
benar jika bermanfaat, sebaliknya akan dinyatakan salah jika tidak bermanfaat.
Suatu kebenaran dapat
ditemukan dengan mengetahui teori-teori kebenaran diatas, apapun teorinya
dikemukakan oleh siapa teorinya, intinya
untuk menemukan kebenaran ialah dengan pembuktian kebenaran. Semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman
semua yang membacanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar