Sabtu, 31 Desember 2016

APA SAJA TEORI KEBENARAN ITU?


Hasil gambar untuk kebenaran

Kebenaran merupakan objek pembicaraan yang menarik dalam ilmu filsafat. Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Dan manusia berusaha menemukan kebenaran dengan cara yang diinginkannya, untuk memecahkan kesalahan menjadi suatu kebenaran. Suatu kebenaran dapat diverifikasi dengan kriteria kebenaran. Dalam pembuktian kebenaran, kriteria kebenaran yang digunakan ditentukan sendiri oleh pelaku verifikasi kebenaran. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori kebenaran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kriteria kebenaran.
Muhajir (2006:18-21) menjelaskan sebelas jenis logika kebenaran epistemologi yang meliputi (1) kebenaran proposisi atau kebenaran formal, (2) kebenaran positivism qualitative causal relations, (3) kebenaran positivism qualitative rational constructed empiric objective, (4) kebenaran korespondensi kualitatif positivistic, (5) kebenaran koherensi fenomenologik, (6) kebenaran konstruk, (7) kebenaran pemodelan structural, (8) kebenaran paradigmatik, (9) kebenaran pragmatik atau kebenaran teknologi, (10) kebenaran performatif, dan (11) kebenaran kesejahteraan dan martabat manusia. Teori kebenaran lain, oleh Kebung (2011: 149-152) dilaporkan atas 5 macam, yakni sebagai berikut:
     1)      Teori kebenaran sebagai persesuaian. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles. Ia menegaskan bahwa sesuatu sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Teori ini dikembangkan dengan mendasarkan pemikiran pada teori empirisme.
     2)     Teori kebenaran sebagai keteguhan. Pandangan ini didasarkan pada pandangan Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Kebenaran ditemukan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. Suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya.
     3)     Teori pragmatis kebenaran. Teori ini dikembangkan oleh Charles sanders Pierce dan William James. Kebenaran memiliki arti yang sama dengan kegunaan. Ide yang benar pasti juga memiliki konsekwensi praktis pada tindakan tertentu.
    4)     Teori kebenaran performatif. Teori ini dikembangkan oleh Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson. Benar dan salah adalah ungkapan deskriptif. Suatu pernyataan benar kalau ia menciptakan realitas.
     5)     Teori kebenaran historis. Teori ini dikembangkan oleh kelompok post-modernis atau struktural dan post strukturalis. Kebenaran selalu bersifat historis dan selalu berpusat pada kebebasan batin setiap manusia dan bukannya ditentukan lebih dahulu oleh orang lain. Dalam diri setiap manusia terdapat unsur kebenaran. 

Dari distribusi teori kebenaran di atas, akan diuraikan tiga teori yang banyak dibicarakan dalam filsafat, teori itu adalah sebagai berikut.

1.      Teori Korespondensi
Teori korespondensi atau the correspondence theory of truth atau istilah lain the accordance theory of truth. Teori kebenaran ini adalah keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat dimaksud (Suriasumantri, 1990). Suatu pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realistas, yang serasi dengan situasi aktual. Teori kebenaran ini sangat penting digunakan dalam dunia sains, agar kebenaran yang diambil diterima secara universal.

2.     Teori kohorensi
Teori kohorensi atau teori konsistensi, istilah lain teori ini adalah the consistence theory of truth atau the coherence theory of truth. Teori kebenaran ini beranggapan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan fakta atau realita, tetapi atas hubungan antar putusan itu sendiri. Jadi, kebenaran, diambil berdasarkan hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu (Suriasumantri, 1990:56). Teori kebenaran koherensi ini menurut Bertens (dalam Bakhtiar, 2004:118) dianggap benar apabila tahan uji. Artinya, suatu teori yang sudah dicetuskan oleh seseorang kemudian teori tersebut diuji oleh orang lain, tentunya dengan mengkomparasikan dengan data baru. Apabila teori ini bertentangan dengan data baru secara otomatis teori pertama menjadi gugur atau batal. Sebaliknya, kalau data itu cocok dengan teori lama, teori itu semakin kuat. Teori kebenaran ini banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan matematika dan turunannya. Matematika disusun pada beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar, yaitu aksioma. Dengan menggunakan beberapa aksioma maka disusunlah suatu teorema. Di atas teorema dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang sudah disepakati bersama.

3.     Teori Pragmatisme
Teori kebenaran pragmatisme atau the pragmatic theory of truth. Kata ‘pragmatisme’ berasal dari kata pragma dalam bahasa Yunani yang bermakna ‘yang dikerjakan’ atau ‘yang dilakukan’. Kebenaran suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat (Bakhtiar, 2004). Sesuatu dianggap benar jika bermanfaat, sebaliknya akan dinyatakan salah jika tidak bermanfaat.
Suatu kebenaran dapat ditemukan dengan mengetahui teori-teori kebenaran diatas, apapun teorinya dikemukakan oleh  siapa teorinya, intinya untuk menemukan kebenaran ialah dengan pembuktian kebenaran.  Semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua yang membacanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar