Ayoo
kita flashback terlebih dahulu, siapa yang masih ingat, pada waktu kita masih SD
pasti sering menggambar pemandangan kan? Ketika pelajaran menggambar pada saat TK sampai SD, daya
imajinasi anak TK atau anak SD tentunya tidak secanggih saat ia semakin dewasa
sehingga guru harus memicunya. Biasanya guru akan memberikan contoh atau
instruksi untuk menggambar benda-benda atau hal-hal di lingkungan sekitar
bukan? Siapa yang tidak kenal dengan gambar pemandangan khas anak Indonesia?
Hampir sebagian besar anak-anak Indonesia pernah menggambar atau setidaknya
melihat gambar ini: dua buah gunung yang berdampingan, dengan jalan yang
semakin menyempit hingga kaki gunung, dan di sebelah kiri atau kanan jalan ada
sawah dan rumah penduduk. Itulah gambar yang sering dicontohkan kepada
anak-anak Indonesia, dan gambar pemandangan gunung yang khas itu masih digambar
anak TK atau SD hingga saat ini. Tidak diketahui secara pasti, mengapa anak SD
zaman dahulu gemar sekali mengambar gunung yang berdampingan, apakah sang guru
selalu mengdoktrin oleh pemandangan gunung saja. Padahal masih
banyak kekayaan alam Indonesia lainnya seperti laut atau danau. Saya tidak tahu mengapa gambar gunung ini
begitu fenomenal, begitu terkenal seantero Indonesia, sehingga anak Indonesia
selalu menggambar gunung ini, tidak jauh berbeda sebenarnya dengan saya pun
dulu menggambar gunung saat pelajaran menggambar. Tetapi mari kita mencoba memaknai
gambar ini secara positif:
1.
Guru
mungkin bermaksud menunjukkan bahwa pemandangan khas di Indonesia kurang lebih
seperti gambar tersebut. Bukankah negara kita dipenuhi oleh ratusan gunung
berapi dengan keindahannya masing-masing? Gunung adalah salah satu pemandangan
yang mudah membuat anak-anak terkesan dan terkagum-kagum.
2.
Adanya
sawah pada gambar tersebut, boleh jadi menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat kita tidak lepas dari corak hidup agraris yang mengandalkan
kesejahteraan pada hasil alam. Dan seperti dalam pelajaran IPA SD, tanah di
dekat atau di lereng gunung berapi memang subur dan cocok untuk bercocok tanam.
Jadi perpaduan gunung dan sawah adalah hal yang tepat.
3.
Bagi
anak yang mendapatkan pelajaran menggambar pada jam pelajaran terakhir, mungkin
gambar itu adalah gambar standar yang paling mudah dan cepat diselesaikan, dan
hasilnya tidak jelek-jelek amat. Sehingga si anak dapat pulang lebih cepat
daripada menggambar yang susah-susah. Siapa tahu ia harus segera membantu orang
tuanya. Jadi ia dapat tetap berbakti kepada orang tua tanpa meninggalkan
kewajibannya sebagai siswa.
4.
Dalam
beberapa variasi gambar, mungkin terdapat gambar garis pantai dan lautan yang
boleh jadi menunjukkan bahwa negara kita adalah negara maritim dengan garis
pantai yang sangat panjang. Jika terdapat juga gambar-gambar perahu nelayan,
atau kapal besar yang berseliweran dengan sangat ramai, mungkin guru bermaksud
mendoktrin anak-anak bahwa seharusnya begitulah keadaan laut kita. Agar
anak-anak menyadari seharusnya kita berjaya di lautan.
5.
Kadang-kadang
digambarkan pula pohon kelapa. Nyiur melambai seperti dalam lirik lagu Rayuan
Pulau Kelapa. Bukankah negara kita sangat kaya dengan hasil alam berupa kopra?
6.
Gambar
jalan yang lurus dan mulus sampai ke gunung (kadang-kadang ditambahi tiang
lstrik di pinggirnya) mungkin menunjukkan bahwa pembangunan di negara kita
sudah mencapai tahap kemajuan seperti itu. Bisa juga menyimpan harapan bahwa
kelak di daerahnya yang mungkin belum terbangun, taraf pembangunannya akan
mencapai seperti yang dilukiskan.
7.
Nah,
ini dia hebatnya. Di saat anak belum mengerti apa itu gambar perspektif, guru
mencoba menunjukkan efek perspektif ini dengan cara yang sederhana melalui
gambar jalan yang menyempit hingga ke kaki gunung, bukannya gambar jalan yang
sejajar. Sehingga anak akan belajar bahwa sesuatu jika semakin menjauh akan
terlihat semakin mengecil.
8.
Gambar
rumah dengan pekarangan yang luas, mungkin menunjukkan bahwa ternyata rumah
tempat tinggal kita sangat indah dan makmur.
9.
Ada
gambar matahari terbit di balik gunung, diwarnai dengan warna kuning cerah.
Kadang-kadang digambari wajah yang tersenyum. Boleh jadi guru bermaksud
menunjukkan bahwa waktu terbaik, terindah, dan bisa membuat kita tersenyum
dalam satu hari adalah pagi hari. Harapannya agar si anak menyadari bahwa waktu
pagi adalah waktu yang menyenangkan, sehingga si anak berangkat ke sekolah
dengan perasaan bahagia. Gambar matahari ini bukan berarti meniru-niru
Teletubbies ya.
10.
Tetapi
rasanya ada yang kurang. Jika negara kita surplus gunung berapi, mengapa jarang
ada yang berpikir untuk menggambarkan gunung yang meletus dengan maha dahsyatnya?
Setidaknya untuk mengingatkan dan membuat kita lebih waspada terhadap kerawanan
bencana di negara kita. Mungkin kurangnya penanaman kesadaran sejak dini
tentang potensi bencana inilah yang menimbulkan rendahnya kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat terhadap bencana. Dipikirnya negara kita ini bakal
aman-aman saja. Sehingga seringkali bencana yang terjadi di negara kita banyak
menimbulkan korban jiwa.
Mungkin itu filosofi mengapa anak SD menggambar pegunungan. Tapi
tahukah kalian kalo dua gunung yang sering kalian gambar dulu itu ternyata ada
wujud aslinya di negara kita. Yak, dua gunung itu ada di Indonesia. Tepatnya
dua gunung tersebut adalah Gunung Sumbing dan Sindoro yang terletak di Provinsi
Jawa Tengah. Kalo kamu lihat dari kejauhan memang dua gunung tersebut terlihat
kembar. Apalagi di lerengnya terhampar sawah luas yang dipisahkan oleh sebuah jalan.
Persis sekali seperti imajinasi anak-anak SD saat disuruh
menggambar. Gunung Sumbing terletak di Kabupaten Temanggung dengan
ketinggian 3.340 meter di atas permukaan laut. Gunung Sindoro terletak di
perbatasan anatara Kabupaten Temanggung dan Wonosobo dengan ketinggian 3.155
mdpl. Sampai dengan saat ini, Dua gunung ini juga masih menjadi tempat favorit
untuk pendakian para pecinta alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar