Jati diri menurut Wahab dkk (2005:2-3) dimaksudkan
sebagai konsep moralitas yang menyatakan tingkat nilai atau bobot seseorang
sebagai pribadi. Jati diri merupakan
kategori etis yang mencerminkan sikap moral pribadi terhadap diri sendiri dan
sikap masyarakat terhadap seseorang pribadi. Jati diri, seperti suara hati merupakan suatu bentuk realisasi kewajiban
dan tanggungjawab manusia terhadap masyarakat. Jati diri pribadi diatur oleh
orang sekitarnya, masyarakat seluruhnya terhadapnya, yang menuntut penghargaan
bagi dan pengakuan akan hak-haknya. Kedua hal ini memberikan pemahaman bahwa
jati diri merupakan aspek penting dari kebebasan sosial dan moral manusia.
Jati diri juga merupakan etika idealis mencari
hakikat non-sosial dari kepribadian yang bersifat ilahi, alamiah, inheren dalam
hakikat manusia dan melawan terhadap hukum-hukum, syarat-syarat dan hak-hak
masyarakat. Berdasarkan pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa jati diri
merupakan aspek yang melekat pada manusia yang mencakup tingkat nilai pribadi,
tuntutan-tuntutan diri kita yang spesifik dari orang lain, kebebasan sosial dan
moral, bersifat ilahi dan alamiah. Dalam diri manusia terdapat kesatuan atau
unitas yang bersifat keberagaman atau kompleksitas yang tidak mungkin disangkal
kebenarannya. Unitas dan kompleksitas jati diri manusia inilah yang memberikan
kekayaan kepada manusia. Unsur ini pula dapat menjadi penyebab kesulitan untuk
memahami secara tepat apa dan siapa aku, atau apa dan siapakah jati diriku.
Unitas dan kompleksitas ini yang menyebabkan timbulnya bermacam-macam pendapat
mengenai jati diri manusia.
Jati diri merupakan satu kenyataan yang bisa
dipandang dari tiga sisi, yakni (1) kepribadian kalau dilihat sebagai satu
kesatuan skala nilai pada setiap saat; (2) keunikan individu kalau dilihat dari
hubungannya dengan berbagai lingkungan; (3) identitas diri kalau dilihat
kesatuannya dari waktu ke waktu. Jadi, berbicara tentang jati diri menusia
berarti berbicara tentang manusia sebagai satu kesatuan yang mencakup
kepribadian, keunikan, dan identitas diri.
Ketiga sisi tersebut menjadi muatan dari unitas dan
kompleksitas jati diri manusia. Kepribadian
mengandung dua konsep pokok, yakni badan dan jiwa manusia. Dalam
filsafat konsep ini berkembang menjadi
dua aliran, yakni aliran monisme
dan aliran dualisme. Teori monisme adalah teori tertua mengenai
badan-jiwa. Monisme adalah teori yang
menolak anggapan bahwanbadan dan jiwa merupakan dua hal yang terpisah yang
masih harus dihubungkan satu dengan lainnya. Teori lain adalah dualisme. Teori ini mempertahankan bahwa
pernyataan-pernyataan mental dan fisik sungguh-sungguh berbeda. Konsep ini
memberi implikasi pad kontroversi dalam melihat kepribadia seseorang kelompok monisme melihat bahwa apa yang tampak
pada kejadia fisik berhubungan langsung dengan jiwa. Sebaliknya, dualisme mengajukan tesis yang berbeda.
Peristiwa-persitiwa psikis atau mental kadang-kadang menyebabkan peristiwa
fisik atau badan. Demikian sebaliknya, peristiwa-peristiwa fisik kadang-kadang
menyebabkan peristiwa spikis (Hadi, 1996:70-71).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar