Sabtu, 31 Desember 2016

KAPAN INDONESIA LAHIR?



Bangsa Indonesia bukanlah sebuah hal yang baru. Bangsa Indonesia adalah tujuan, cita-cita dan bentuk kesatuan nasionalisme dari masyarakat Indonesia, yang notabene adalah masyarakat yang lahir dari perbedaan suku, ras dan agama. Lahirnya Bangsa Indonesia tidak serta merta diraih dengan cara yang mudah. Dibutuhkan proses yang matang dan perjalannan yang panjang hingga akhirnya masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia sadar bahwa mereka adalah sebuah Bangsa yang besar, Bangsa Indonesia.
 
Lahirnya Bangsa Indonesia memiliki kaitan dengan pergolakan yang terjadi di dunia. Pada tahun 1922, Perang Dunia I menandai berakhirnya jaman kerajaan, kekaisaran dan kedinastian dan menandai lahirnya nation-state. Hal ini semakin diperjelas dengan munculnya League of Nations yang semakin mempersempit ruang bagi dinasti-dinasti besar pada jamannya. Kedinastian tenggelam dan nation states tumbuh bagai jamur di musim hujan. Seorang figure internasional bernama Benedict Anderson, berpendapat bahwa sejatinya nation states tersebut lahir karena adanya rasa nasionalisme yang besar selama dua abad terakhir, yakni abad ke-19 dan abad ke-20. Anderson mengatakan bahwa nasionalisme adalah sebuah artefak budaya yang muncul secara spontan dan sejalan dengan perkembangan sejarah pada akhir abad ke-19, dan digunakan di seluruh dunia untuk meyakinkan masyarakat bahwa sesungguhnya mereka adalah bagian dari suatu komunitas kesatuan nasional (Anderson,1991).
Munculnya nasionalisme ini kemudian membuat sebuah bangsa memiliki karakter. Karakter ini jelas terlihat pada saat terjadinya Perang Dunia II. Beberapa nation state memiliki bahasa mereka sendiri. Sekalipun mungkin terdapat beberapa dialek yang serupa, namun bahasanya tak sama. Kesamaan dialek muncul akibat adanya persamaan sejarah yang kompleks. Anderson fokus pada paham Marxisme dan Liberalisme yang kemudian dianggap menjadi akar dari penyebaran nasionalisme ini. Bagi kaum Marxis, nasionalisme adalah munculnya kekuatan atas identitas nasional, sedangkan kaum Liberal menganggap nasionalisme adalah hal yang aneh bila tak didefinisikan secara scientific. Dalam penyebaran nasionalisme di seluruh dunia, kapitalisme yang menjadi pemeran utama. Adanya print of capitalism dan book publishing menjadikan bahasa terpublikasikan secara luas.
Penyebaran nasionalisme ini juga terjadi akibat peningkatan yang signifikan dalam jumlah produksi alat transportasi, adanya sisi ideologis dan menyebarnya gaya baru dalam dunia pendidikan. Dengan adanya tiga faktor ini, tingkat intelegensi pada jaman kolonial di Indonesia juga mengalami peningkatan. Hal ini terbukti banyakanya pemuda Indonesia yang belajar di Belanda.
Anderson menambahkan, nasionalisme ini dapat berujung pada kesadaran diri yang pada akhirnya membentuk sebuah negara dengan kedaulatan yang sah dan memiliki hak privat atas entitas politik. Pendapat Anderson seakan sejalan dengan sejarah Bangsa Indonesia. Banyaknya pemuda yang belajar di Belanda menjadikan mental anti-imperialisme dalam jiwa pemuda Indonesia. Salah satu peristiwa yang menandai mental ini adalah ketika Suwardi Suryaningrat melayangkan protes terhadap Belanda atas sikapnya yang sewenang-wenang dengan menulis artikel berjudul “Als I keens Nederlander was” di sebuah koran terkenal berbahasa Belanda.
Selain munculnya kaum-kaum intelek yang berkontribusi terhadap hadirnya Bangsa Indonesia, penetapan satu bahasa Indonesia merupakan salah satu hal yang semakin mempererat semua golongan. Meskipun ada perbedaan dalam satu darah saudara, sistem pendidikan-komunikasi-administrasi yang serupa menyadarkan bahwa mereka adalah satu (Anderson,1991). Saat pembelajaran di kelas, muris-murid duduk dalam satu ruangan dengan mengenakan seragam yang sama dan berbicara dengan bahasa yang sama tak peduli mereka berasal dari tanah mana. Peta yang mereka lihat pun sama dan menunjukkan bahwa mereka tinggal bersama dalam satu kepulauan yang dikelilingi laut biru. Sehingga, bukti-bukti ini memperkuat rasa keterikatan mereka satu sama lain.
Pada tahun 1928, Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu bangsa yang ditetapkan oleh para pemuda dalam “Sumpah Pemuda”. Bahasa Indonesia berfungsi untuk meneruskan kesatuan atas komunitas masyarakat Indonesia sekaligus membangun solidaritas yang kuat. Selain itu, pengakuan atas satu tanah tempat mereka tinggal mendefinisikan mereka adalah satu bangsa dan akan selamanya menjadi Bangsa Indonesia.
Situasi yang tidak mudah dalam menggalang persatuan dan menjalin solidaritas di bawah kolonialisme Belanda, tidak lantas membuat masyarakat Indonesia menyerah dengan keadaan. Keadaan serba sulit ini justru memacu semangat masyarakat Indonesia untuk bergotong royong mengeluarkan bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah dan menggapai kemerdekaan, yang kemudian terealisasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan adanya gotong royong ini, Bangsa Indonesia percaya bahwa segala kesejahteraan mampu dicapai dari keadaan yang ekstrim sekalipun. Meski sudah terbebas dari penjajahan Belanda, Jepang dan yang lainnya, nasionalisme Indonesia masih tetap berkobar dalam membawa Bangsa Indonesia menjadi sebuah Bangsa yang adil dan sejahtera.
Kelahiran Bangsa Indonesia bukan merupakan sesuatu yang instan. Adanya keterikatan jiwa, persamaan nasib dan kesadaran bahwa masyarakat Indonesia tinggal dalam satu tanah air dan perjuangan bersama yang berat untuk mencapai kemerdekaan menjadikan bangsa ini berdiri kokoh sampai saat ini. Meminimalkan perbedaan dan menyeragamkan pemikiran satu bangsa menjadi kunci utama bagi bangsa Indonesia. Keadaan sosial-politik Anti-Imperialisme dilandasi semangat kebersamaan dan gotong royong melahirkan ketegaran Bangsa Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelahiran Bangsa Indonesia berasal dari masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme dan diomotori oleh intelegensia para pemuda dalam sebuah peristiwa yang penting, yakni Sumpah Pemuda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar