Sabtu, 31 Desember 2016

KEBHINEKAAN INDONESIA DAN KEBIASAAN MASYARAKAT MENGKONSUMSI BERITA


                                       Hasil gambar untuk BERITA

Sejak beberapa bulan terakhir berbagai platform media sosial dipenuhi dengan sharing link berita berisi topik yang sensitif. Dua yang paling ngetren adalah tentang topik politik dan agama. Tidak sulit menemukan link berita tidak kredibel dibagikan oleh para netizen Indonesia. Awalnya masih bisa dimaklumi karena yang membagikan link tidak kredible hanya segelintir orang saja. Namun semakin kesini, semakin banyak netizen yang tampaknya kesulitan membedakan mana berita berdasarkan fakta dan mana berita opini yang hoax serta dipenuhi propaganda. Fenomena netizen yang suka asal share link ini semakin menyedihkan saat mereka mempercayai berita tanpa verifikasi. Sayangnya, beberapa berita yang diyakini benar tersebut adalah berita bohongan. Hanya karena judul yang seksi dan memuat topik politik atau agama seperti ekspektasi pembaca, maka berita tersebut seolah layak untuk dibagikan di laman media sosial mereka.
Belum lagi belakangan ini tren menunjukkan bahwa netizen Indonesia lebih senang membaca berita dari media alternatif. Kekecewaan netizen Indonesia terhadap agenda-agenda media arus utama membawa mereka memilih media alternatif untuk dikonsumsi. Sayangnya, tidak semua media alternatif tersebut menyajikan berita yang lebih berimbang, faktual, dan kredibel. Justru tidak sedikit media alternatif tersebut memuat berita palsu atau abal-abal. Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa ada fenomena baru pada netizen Indonesia. Banyak netizen yang membaca berita untuk memenuhi ekspektasi yang sesuai dengan pandangannya dan mereka enggan memverifikasi kebenaran berita tersebut.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan berlarut-larut memberikan ancaman tersendiri bagi bangsa. Bukan tidak mungkin masyarakat Indonesia terpecah menjadi beberapa golongan. Belum lagi bila momentum ini dimanfaatkan oleh golongan tertentu untuk memasukkan paham-paham yang radikal atau merusak. Dilansir dari Tirto.id, di Indonesia kelompok masyarakat religius sering menjadi sasaran dari berita-berita yang penuh propaganda. Bukan hanya mereka yang beragama mayoritas, namun yang minoritas pun ikut-ikutan. Informasi yang menimbulkan ketakutan hingga iming-iming surga setelah melakukan aksi tertentu mudah sekali ditemukan. Masih dilansir dari situs yang sama, Wisnu Prasetya Utomo, peneliti media dari Remotivi mengungkapkan alasan kelompok religius masih mudah percaya pada berita hoax berbau agama. Hal itu tidak lain disebabkan oleh kepercayaan mereka pada hal-hal di luar nalar yang masih tinggi. Bila ditarik lebih jauh, kondisi ini bisa membahayakan kebhinekaan Indonesia. Pasalnya, kepercayaan yang berlebihan pada golongan tertentu bisa menciptakan primordialisme yang selanjutnya menurunkan toleransi antargolongan dan bisa berakhir pada perpecahan.
Atau secara tidak kasat mata, jejaring teroris juga bisa masuk dari celah ini. Buktinya, banyak jaringan ISIS yang belakangan ini melakukan aksi teror dan setelah ditangkap data mengungkap bahwa awal mereka bergabung melalui jejaring online. Maka dari itu, fenomena yang dijelaskan dalam artikel ini sepatutnya menjadi perhatian sendiri. Tidak berlebihan kiranya kalau kita menyebut kebhinekaan Indonesia sebagian ada pada kebiasaan orang Indonesia mengonsumsi berita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar