Berhenti
dan berpikirlah sebelum kita membuat janji. Lebih baik kita berkata,”Saya tidak
yakin bisa melakukan ini,” daripada membuat janji yang tidak bisa kita
penuhi. Apa yang kita katakan akan
membuat orang lain mengharapkan kita menepati janji.
Apa
arti sebuah janji bagi Anda? Apakah sebuah janji memiliki nilai sakral? Atau
janji hanya sekedar janji? Ini dia permasalahan kita semua mengenai janji.
Mengapa kali ini kita membahas mengenai janji? Apa pentingnya sebuah janji?
Janji
adalah sebuah kata yang amat suci. Menurut pepatah bijak kuno, janji adalah
“hutang” dan oleh karena janji adalah hutang, maka janji tersebut haruslah
dilunaskan atau dilaksanakan.
Janji menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah perkataan yang menyatakan kesediaan
dan kesanggupan untuk berbuat. Di dalam arti tersebut
terdapat dua kata kunci yang menjadi dasar pemikiran dari kata kunci, yakni
menyatakan kesediaan dan kesanggupan.
Janji berarti
kesediaan, kesediaan untuk melaksanakan apa yang sudah kita janjikan. Kesediaan
untuk mengenyampingkan keinginan pribadi dari apa yang sudah dijanjikan.
Kesediaan untuk lebih mementingkan dari apa yang sudah dijanjikan.
Janji juga
berarti sanggup, sanggup untuk meninggalkan apa yang bukan dijanjikan. Janji
itu sanggup, sanggup untuk melaksanakannya meski apa pun halangan yang
menghadang. Sanggup untuk menghilangkan faktor internal untuk menggagalkan
janji tersebut.
Itulah
pemahaman saya terhadap kata janji. Namun, pertanyaannya ialah mengapa kerap
kali terjadi peristiwa pembatalan janji? Mari kita coba melacak apa kiranya
terjadi hal-hal seperti itu.
Faktor-faktor yang
menyebabkan batalnya sebuah Janji
Jika sebuah janji terbatalkan
kira-kira apa yang membuatnya menjadi demikian? Saya mencoba melihat terjadinya
hal tersebut melalui dua faktor, yakni internal dan eksternal. Faktor internal
ialah faktor yang timbul dari dalam diri seseorang. Sedangkan eksternal ialah
faktor yang memberikan dampak secara khusus dari luar. Entah itu faktor waktu,
tempat atau pun hal-hal yang bersifat accidental.
Faktor Internal
Mengapa seseorang bisa
membatalkan sebuah janji secara mendadak? Manusia menurut saya berdasarkan
pengalaman ialah memiliki dua titik pusat yang menjadi denyut jantung. Titik
pusat itu ialah pikiran dan perasaan.
Berdasarkan pengalaman, pikiran
manusia ternyata lebih mengarah kepada egoisme diri. Seorang pribadi memampukan
diri untuk membatalkan sebuah janji dikarenakan sudah menjadikan egoisme
sebagai Tuhan atas dirinya. Egoisme itu adalah kepentingan-kepentingan pribadi.
Misalnya, kenikmatan pribadi dan keuntungan pribadi. Jika ini sudah menyerang
pikiran manusia dan perasaan, maka ada kecenderungan untuk seseorang melupakan
janji yang sudah diucapkan.
Berikut
adalah beberapa tips sebelum membuat sebuah janji:
1.
Menulis sebuah janji. Memilih suatu sistem yang baik untuk kita supaya tidak
lupa akan komitmen yang kita sudah lakukan (e-mail, catatan kecil di kertas
atau handphone, minta tolong teman, dll)
2.
Berhati-hatilah untuk tidak terlalu komit pada sesuatu. Mungkin akan timbul
perasaan bersalah yang besar jika kita tidak terlalu yakin pada sesuatu hal,
tapi anda mengatakan janji itu. Akan lebih mudah dan dimengerti kalau kita
mengatakan ‘tidak’ atau ‘maaf, saya tidak bisa melakukan itu sekarang.’
3.
Jangan sering membuat orang penasaran dengan sebuah acara. Artinya, jika kita
sering mengobral ketidakpastian kita ketika ada ajakan teman atau keluarga,
orang akan gampang mengintepretasikan bahwa kita tidak menganggap penting
sebuah janji atau lebih parah lagi, orang tersebut.
4.
Kalau kita sering merasa putus asa pada tugas-tugas yang kurang menarik pada
mulanya, cobalah membuat lebih sederhana tugas-tugas itu, dan menjadikan
sekecil-kecilnya. Membuat to-do-list, mencoret setiap kali selesai menyelesaikan
sebuah tugas sangat membantu memenuhi janji kita menyelesaikan tugas itu.
5.
Penghargaan. Buat suatu penghargaan kecil setiap kali kita selesai memenuhi
janji, khususnya janji yang sulit anda penuhi. Hal ini akan memotivasi kita
untuk menjadi orang yang lebih positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar