Memang terlalu rumit untuk
menununjukkan kebenaran. Akan tetapi, paling tidak kebenaran yang dimaksud
adalah yang berdasarkan pada sebuah fakta yang dirumuskan melalui pemikiran
yang logis dengan suatu standar atau aturan tertentu. Kata ‘kebenaran’ berasal
dari kata ‘benar’. Kata ‘benar’ bermakna (1) sesuai sebagaimana adanya
(seharusnya), (2) tidak berat sebelah, (3) lurus hati, (4) dapat dipercaya
(cocok dengan keadaan yang sebenarnya), (5) sah, dan (6) sangat. Kata
‘kebenaran’ bermakna (1) keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya,
(2) sesuatu yang sungguh-sungguh adanya, misalnya kebenaran yang diajarkan oleh
agama, dan kelurusan hati: kejujuran, misalnya tidak ada seorang pun sangsi
akan kebaikan dan kebenaran hati (Pusat Bahasa, 2002:130). Jadi sebuah
kebenaran adalah sesuatu pernyataan yang berdasarkan pada sebuah fakta yang
dirumuskan melalui pemikiran yang logis dengan suatu standar atau aturan
tertentu.
Prawironegoro (2010: 74-77)
menunjukkan ada lima kebenaran, yakni kebenaran adat, kebenaran agama,
kebenaran ilmu pengetahuan, kebenaran ideologi politik, dan kebenaran kapital. Kebenaran
pada hakikatnya, yakni (1) hasil penyeledikan objek yang menjadi pengetahuan,
digeneralisasikan menjadi teori, teori diuji oleh praktik menjadi ilmu (bila
teori itu tahan uji), kemudian menjadi kepercayaan, dan selanjutnya meningkat
menjadi keyakinan. Ini proses berfikir ilmuan; (2) pemberitahuan dari pihak
lain yang memiliki pengetahuan dan tahu kebenaran, kemudian menjadi
kepercayaan, dan selanjutnya menjadi keyakinan (2010:74-77).
Sifat
kebenaran menurut Surajiyo (2007:103-104) meliputi tiga hal. Ketiga sifat
kebenaran dijelaskan seperti berikut ini.
1) Kebenaran berkaitan dengan kualitas
pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang
mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
Kebenaran ini dapat berupa pengetahuan biasa atau pengetahuan ilmiah.
2) Kebenaran berkaitan dengan karakteristik
terbentuknya pengetahuan. Artinya suatu kebenaran yang dibangun dengan
pengindraan, akal pikiran atau rasio, intuisi, atau keyakinan akan memiliki
kebenaran berdasarkan karakteristik yang membangunnya.
3) Kebenaran berkaitan atas
ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya, suatu kebenaran tergantung pada
relasi antara subjek dan objek.
Surajiyo (2007:102) menyebutkan
kebenaran itu atas tiga macam, yakni (1) kebenaran epistemologis, (2) kebenaran
ontologis, (3) kebenaran sistematis. Kebenaran epistomologis adalah kebenaran
dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kebenaran ontological adalah
kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada
ataupun yang diadakan. Kebenaran dalam arti semantikal adalah kebenaran yang
terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantikal
disebut juga kebenaran moral atau veritas
moral.
Selain ketiga bentuk kebenaran
diatas, dalam dunia filsafat diperdebatkan juga tiga jenis kebenaran, yaitu
kebenaran relatif, kebenaran absolut dan kebenaran ilmiah. Kebenaran relative
adalah suatu pernyataan atau proposisi yang dianggap relatif benar dalam
kaitannya dengan standard, konvensi atau sudut pandang tertentu. Kebenaran
absolut mamandang bahwa kebenaran haruslah selamanya berterima di seleruh jagat
raya. Kebenaran ilmiah merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pendekatan ilmu
pengetahuan terhadap objeknya.
Segala sesuatunya pasti harus lah
bernilai benar, agar tidak ada kesalahpahaman terhadap sesuatu. Dari penjelasan
diatas bahwa kita mengetahui apa itu sesungguhnya kebenaran, jenis kebenaran.
Semoga pengetahuan diatas bermanfaat ya teman^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar